Di era society 5.0, tidak dapat dipungkiri bahwa semua orang bergantung pada teknologi untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Banyak anak – bahkan remaja – yang juga ikut menggantungkan aktivitas mereka kepada teknologi, bermain bersama-sama di lapangan saat terik sudah menjadi pemandangan yang jarang sering dengan perkembangan teknologi. Anak-anak yang seharusnya masih aktif bermain, memegang ‘gacuk’, dan melompat-lompat, sekarang lebih memilih untuk duduk diam dan menggubris gadget masing-masing. Hal ini tentu saja menjadi persoalan yang cukup serius, mengingat perkembangan teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam pendidikan berkarakter anak. Jika pada masa keemasan ini mereka sudah kecanduan dan akhirnya terkena dampak negatif, maka perkembangan anak pun akan terhambat; apalagi pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya. Disini peran orang tua sangatlah krusial untuk dapat mengawasi, mengontrol, serta memperhatikan segala aktivitas anak.

Oleh karena itu, memberikan gadget pada anak harus sesuai dosis. Maksud dari dosis disini adalah memberikan ponsel pada anak sesuai dengan kebutuhannya saat itu. Orang tua dapat mengarahkan anak untuk menggunakan gadget sebagai media edukasi. Disinilah peran matematika berada, apabila anak ingin bermain ponsel, mereka harus menyelesaikan setidaknya satu persoalan matematika yang telah diberikan. Cara pengaplikasian kegiatan ini bisa bervariasi, tergantung kesepakan dan kreativitas orang tua masing-masing. Jumlah soal yang telah diselesaikan bisa ditukar dengan waktu bermain ponsel atau uang jajan. Dengan begini, tidak setiap hari anak-anak berjuang menyelesaikan soal demi waktu bermain ponsel, bisa saja mereka lebih memilih untuk ditukar dengan uang jajan sehingga ini menjadi win-win solution untuk para orang tua. Pendekatan matematika ini membuat anak memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan soal-soal matematika dasar sebelum diizinkan untuk mengoperasikan gadget.

Pemaparan diatas juga bisa disebut dengan self-reward. Jadi sejak dini, anak sudah diajarkan untuk “memberi hadiah kepada diri sendiri” ketika ia mampu melakukan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh orang tua. Substansi pendidikan adalah mewujudkan generasi yang mandiri, disiplin, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia. Maka dari itu, peran orang tua dalam mendidik dan mengarahkan buah hati agar memiliki sifat terpuji sangat dominan dalam kaitannya dengan pendidikan. Pendekatan matematika oleh orang tua awalnya mungkin terasa seperti “memaksa”, tapi kenyataannya semua kebiasaan baik dimulai dari paksaan. Dengan demikian, anak akan lebih dapat mengontrol diri dalam menggunakan gadget, sekaligus juga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan – khususnya di bidang matematika – melalui soal-soal yang diberikan. Perasaan senang yang didapat ketika menjawab soal dengan benar dan kemauan untuk belajar lebih memberikan pengalaman positif bagi anak. That’s how mathematics work. Fun and smart.